Kabur Dari Rumah
Sepi, sunyi, hampa. Oh terasa begitu
hinanya hidup ini. Dilahirkan dari sebuah keluarga konglomerat seharusnya
membuat Diana bahagia. Nasib lain yang dirasakan Diana, ia hidup seorang diri.
Anak sematawayang yang kini menginjak usia remaja. Tidak seperti kebanyakan
remaja lain.
Setiap kali ia berada di rumah, ia selalu
menonton keributan yang dilakukan oleh orang tuanya, itulah makanan ia
sehari-hari. Karena ia merasa tertekan dan hampa bersama kedua orang tuanya, ia
pun memutuskan pergi dari rumah hingga ia memutuskan pendidikannya.
Andaikan orang tuanya tidak berbuat
keributan rumah tangga, Diana pasti masih bias meanjutkan pendidikannya hingga
perguruan tinggi. Saat dia melihat orang sebayanya mengenakan seragam putih
abu-abu dia sangat iri. Dalam benaknya ingin sekali bias mengenakan seragam itu
lagi.
Terlahir dari keluarga yang berantakan,
membuat Diana sangat frustasi, setiap hari hanya terdiam di kamar dan
memandangi jendela yang menghadap ke taman. Masih kuat terigat di benaknya,
canda tawa bersama keluarga kecilnya yang dulu masih utuh. Di taman depan kamar,
persis di tempat itu Diana dan keluarga kecilnya menghabiskan waktu. Tapi itu
semua kini tinggal kenangan.
Pikiran Diana yang terbatas dan
pergaulan yang minim membuat Diana sulit memecahkan setiap masalah yang ia
hadapi. Diana terpaksa mengambil keputusan yang sangat bodoh. Kabur dari rumah
itu bukan solusi terbaik, malah akan membuat masalah baru dalam hidupnya. Namun
apalah daya, semua sudah terlanjur. Apa gunanya lagi ia kembali ke rumah yang
sudah seperti neraka itu.
Diana berjalan kaki sangat jauh,
hingga ia merasakan lelahnya berjalan kaki. Ia memutuskan untuk berhenti
sejenak di sebuah warnet. Tanpa berpikir panjang Diana memasuki warnet
itu dan menempati sebuah komputer. Diana pun langsung menyalakan komputer dan
membuka akun twitter miliknya untuk sekedar menghilangkan stress yang ia
rasakan. Tiba-tiba listrik di warnet mati dan terpaksa ia menunggu di warnet.
Tersadar bahwa ia tak membawa uang sepeser pun, Diana terpaksa kabur dan tidak
membayar warnet itu.
Ketika Diana melarikan diri, Diana
pun merasa senang dan gembira dan berkata,
“horeeee..
aku berhasil kabur dan tidak usah membayar sewa warnet!!!”
Diana
berlari tergopoh-gopoh menjauhi warnet tadi. ia merasa belum tenang
karena takut penjaga warnet itu tahu ia tidak membayar biaya sewa internet
yang sangat mahal. Saat menengok ke belakang, ternyata si penjaga warnet
telah ada dibelakang dia. Diana berlari semakin kencang seperti di kejar
anjing. Ia berlari sangat kencang tidak peduli apa yang ia lewati, apa yang dia
tabrak, dan apa yang dia injak, sampai sandalnya lepas pun dia tak sadar.
Saat ia berlari sangat kencang, dari
kejauhan dia melihat sebuah gubuk tua kecil dekat dengan pohon besar. Tak perlu
berpikir panjang dia segera masuk ke dalam gubuk itu dan menenangkan dirinya.
Setelah ia masuk ke dalam gubuk itu, tak sengaja ia menginjak sarang lebah. Diana ingin berlari meninggalkan gubuk itu,
tetapi ia berpikir kalau ia keluar nanti si penjaga warnet meminta
bayaran padanya. Diana pun terdiam sejenak, namun tak lama kumpulan lebah itu
keluar dari sarangnya.
Diana pun keluar dari gubuk itu
karena takut disengat lebah. Ternyata si penjaga warnet masih ada
disekitar situ dan dia melihat Diana. Kemudian Diana berlari tanpa alas kaki
karena sandal yang tinggal sebelah terlepas di gubuk tua tadi. penjaga warnet tadi mengejar Diana.
Dan kumpulan lebah yang sarangnya diinjak Diana terus mengikuti Diana. Akhirnya
Diana dikejar oleh penjaga warnet, dan lebah.
Diana berlari sangat kencang sekali,
sampai ia tak sengaja menginjak tubuh orang gila yang sedang tertidur di
trotoar. Orang gila itu terbangun dan menggoda Diana. Diana megira orang gila
itu akan marah, tetapi malah menggodanya. Dalam benak Diana terlintas pikiran udah
gila aja masih ngegoda cewe cantik, apalagi kalau waras. Karena takut, Diana memukul kepala orang gila
itu dengan tas yang ia bawa. Orang gila itu marah, kemudian mengejar Diana. Dan sekarang Diana
dikejar oleh Penjaga warnet, orang gila, dan kumpulan lebah.
Diana menambah kecepatan larinya. Ia
berlari sekencang mungkin untuk menghindar dari semua yang mengejarnya. Diana
menjadi tontonan orang-orang, dikejar penjaga warnet yang bergaya banci,
dikejar kumpulan lebah yang semakin banyak, dan ditambah orang gila yang tidak
mengenakan sehelai pakaian pun. Perasaan malu campur aduk dengan rasa takut
dalam diri Diana.
Diana tak tahu harus kemana lagi
berlari. Diana melewati ujung jalan dan dihadapannya adalah sungai yang
tertutupi semak-semak ditepinya. Tak bepikir panjang, Diana bersembunyi
diantara semak belukar yang banyak durinya. Sedangkan yang mengejar Diana terus
mengejar Diana ke arah semak-semak. Karena tak tahu ada sungai di balik
semak-semak tersebut, brusssssss terjunlah mereka ke dalam sungai yang penuh
sampah dan kotoran manusia.
Tersadar bahwa ada suara berisik
yang masuk ke sungai, Diana beranjak dari semak belukar penuh duri itu. Diana
melihat ke sungai dan tertawa terbahak-bahak.
“hahaha
rasain kalian. Cape cape ngejar aku malah kena batunya.” Ejek Diana kegirangan.
Sadar takut
mereka mengejar Diana lagi, Diana langsung meninggalkan semak belukar itu dan
berlari ke jalan raya. Diana menghentikan sebuah taxi. Dan Diana pun berniat
kembali ke rumah orang tuanya lagi.
Setibanya di rumah, Diana melihat
banyak polisi di rumah mewahnya. Diana turun dari taxi dan menyuruh supir taxi
untuk menunggu karena ia akan meminta uang pada satpam untuk mebayar taxi itu.
Diana pun memasuki rumah, dan ia melihat kedua orang tuanya berbincang dengan
polisi. Nampaknya kedua orang tua Diana tampak akur. Saat mereka melihat
kehadiran Diana yang belusutan mereka berteriak memanggil nama Diana dan
menghampiri Diana sambil memeluknya
by salma Fifeeh