Sabtu, 18 Januari 2014

Cerita Berantai

Kabur Dari Rumah

            Sepi, sunyi, hampa. Oh terasa begitu hinanya hidup ini. Dilahirkan dari sebuah keluarga konglomerat seharusnya membuat Diana bahagia. Nasib lain yang dirasakan Diana, ia hidup seorang diri. Anak sematawayang yang kini menginjak usia remaja. Tidak seperti kebanyakan remaja lain.
            Setiap kali ia berada di rumah, ia selalu menonton keributan yang dilakukan oleh orang tuanya, itulah makanan ia sehari-hari. Karena ia merasa tertekan dan hampa bersama kedua orang tuanya, ia pun memutuskan pergi dari rumah hingga ia memutuskan pendidikannya.
            Andaikan orang tuanya tidak berbuat keributan rumah tangga, Diana pasti masih bias meanjutkan pendidikannya hingga perguruan tinggi. Saat dia melihat orang sebayanya mengenakan seragam putih abu-abu dia sangat iri. Dalam benaknya ingin sekali bias mengenakan seragam itu lagi.
            Terlahir dari keluarga yang berantakan, membuat Diana sangat frustasi, setiap hari hanya terdiam di kamar dan memandangi jendela yang menghadap ke taman. Masih kuat terigat di benaknya, canda tawa bersama keluarga kecilnya yang dulu masih utuh. Di taman depan kamar, persis di tempat itu Diana dan keluarga kecilnya menghabiskan waktu. Tapi itu semua kini tinggal kenangan.
            Pikiran Diana yang terbatas dan pergaulan yang minim membuat Diana sulit memecahkan setiap masalah yang ia hadapi. Diana terpaksa mengambil keputusan yang sangat bodoh. Kabur dari rumah itu bukan solusi terbaik, malah akan membuat masalah baru dalam hidupnya. Namun apalah daya, semua sudah terlanjur. Apa gunanya lagi ia kembali ke rumah yang sudah seperti neraka itu.
            Diana berjalan kaki sangat jauh, hingga ia merasakan lelahnya berjalan kaki. Ia memutuskan untuk berhenti sejenak di sebuah warnet. Tanpa berpikir panjang Diana memasuki warnet itu dan menempati sebuah komputer. Diana pun langsung menyalakan komputer dan membuka akun twitter miliknya untuk sekedar menghilangkan stress yang ia rasakan. Tiba-tiba listrik di warnet mati dan terpaksa ia menunggu di warnet. Tersadar bahwa ia tak membawa uang sepeser pun, Diana terpaksa kabur dan tidak membayar warnet itu.
            Ketika Diana melarikan diri, Diana pun merasa senang dan gembira dan berkata,
“horeeee.. aku berhasil kabur dan tidak usah membayar sewa warnet!!!”
Diana berlari tergopoh-gopoh menjauhi warnet tadi. ia merasa belum tenang karena takut penjaga warnet itu tahu ia tidak membayar biaya sewa internet yang sangat mahal. Saat menengok ke belakang, ternyata si penjaga warnet telah ada dibelakang dia. Diana berlari semakin kencang seperti di kejar anjing. Ia berlari sangat kencang tidak peduli apa yang ia lewati, apa yang dia tabrak, dan apa yang dia injak, sampai sandalnya lepas pun dia tak sadar.
            Saat ia berlari sangat kencang, dari kejauhan dia melihat sebuah gubuk tua kecil dekat dengan pohon besar. Tak perlu berpikir panjang dia segera masuk ke dalam gubuk itu dan menenangkan dirinya. Setelah ia masuk ke dalam gubuk itu, tak sengaja ia menginjak sarang lebah.  Diana ingin berlari meninggalkan gubuk itu, tetapi ia berpikir kalau ia keluar nanti si penjaga warnet meminta bayaran padanya. Diana pun terdiam sejenak, namun tak lama kumpulan lebah itu keluar dari sarangnya.
            Diana pun keluar dari gubuk itu karena takut disengat lebah. Ternyata si penjaga warnet masih ada disekitar situ dan dia melihat Diana. Kemudian Diana berlari tanpa alas kaki karena sandal yang tinggal sebelah terlepas di gubuk tua tadi.  penjaga warnet tadi mengejar Diana. Dan kumpulan lebah yang sarangnya diinjak Diana terus mengikuti Diana. Akhirnya Diana dikejar oleh penjaga warnet, dan lebah.
            Diana berlari sangat kencang sekali, sampai ia tak sengaja menginjak tubuh orang gila yang sedang tertidur di trotoar. Orang gila itu terbangun dan menggoda Diana. Diana megira orang gila itu akan marah, tetapi malah menggodanya. Dalam benak Diana terlintas pikiran udah gila aja masih ngegoda cewe cantik, apalagi kalau waras.  Karena takut, Diana memukul kepala orang gila itu dengan tas yang ia bawa. Orang gila itu marah,  kemudian mengejar Diana. Dan sekarang Diana dikejar oleh Penjaga warnet, orang gila, dan kumpulan lebah.
            Diana menambah kecepatan larinya. Ia berlari sekencang mungkin untuk menghindar dari semua yang mengejarnya. Diana menjadi tontonan orang-orang, dikejar penjaga warnet yang bergaya banci, dikejar kumpulan lebah yang semakin banyak, dan ditambah orang gila yang tidak mengenakan sehelai pakaian pun. Perasaan malu campur aduk dengan rasa takut dalam diri Diana.
            Diana tak tahu harus kemana lagi berlari. Diana melewati ujung jalan dan dihadapannya adalah sungai yang tertutupi semak-semak ditepinya. Tak bepikir panjang, Diana bersembunyi diantara semak belukar yang banyak durinya. Sedangkan yang mengejar Diana terus mengejar Diana ke arah semak-semak. Karena tak tahu ada sungai di balik semak-semak tersebut, brusssssss terjunlah mereka ke dalam sungai yang penuh sampah dan kotoran manusia.
            Tersadar bahwa ada suara berisik yang masuk ke sungai, Diana beranjak dari semak belukar penuh duri itu. Diana melihat ke sungai dan tertawa terbahak-bahak.
“hahaha rasain kalian. Cape cape ngejar aku malah kena batunya.” Ejek Diana kegirangan.
Sadar takut mereka mengejar Diana lagi, Diana langsung meninggalkan semak belukar itu dan berlari ke jalan raya. Diana menghentikan sebuah taxi. Dan Diana pun berniat kembali ke rumah orang tuanya lagi.

            Setibanya di rumah, Diana melihat banyak polisi di rumah mewahnya. Diana turun dari taxi dan menyuruh supir taxi untuk menunggu karena ia akan meminta uang pada satpam untuk mebayar taxi itu. Diana pun memasuki rumah, dan ia melihat kedua orang tuanya berbincang dengan polisi. Nampaknya kedua orang tua Diana tampak akur. Saat mereka melihat kehadiran Diana yang belusutan mereka berteriak memanggil nama Diana dan menghampiri Diana sambil memeluknya

by salma Fifeeh